Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pelajaran Fisika Motode Eksperimen Siswa Kelas XI IPA Semester 2 SMAN 4 Bengkalis Ta.2019/2020

    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa  Pelajaran Fisika Motode Eksperimen Siswa Kelas XI IPA Semester 2 SMAN 4 Bengkalis Ta.2019/2020
    Handes Tampubolon, S.Pd Guru di SMAN 4 Bengkalis

    Disusun, Handes Tampubolon, S.Pd NIP 196509281990011003

    Permasalahan siswa dalam belajar Fisika di kelas salah satunya adalah kurangnya memahami hal-hal penting dari materi pelajaran yang disajikan. Hal-hal penting itu dapat meliputi kesulitan siswa memahami konsep materi pelajaran.

    Konsep Fisika itu dapat berupa konsep yang nyata ataupun yang abstrak.Kesulitan itu kemudian yang menyebabkan rendahnya aktivitas siswa mengikuti pembelajaran Fisika di kelas. Secara ideal seharusnya siswa dapat mengupayakan sendiri pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran dirumahnya sendiri. Contohnya pada saat mengangkat benda siswa akan mengangkat pada posisi tertentu dengan memperhatikan keseimbangan dari benda yang diangkat.

    Namun ada berbagai kendala yang akan ditemui ketika siswa belajar di rumah. Siswa secara nyata terkadang tidak mengetahui bahwa sebuah alat atau bahan yang ada di rumahnya sebenarnya merupakan alat atau bahan yang menggunakan konsep-konsep Fisika dan dapat digunakan sebagai sumber belajar.

    Penguatan pembelajaran yang terbaik sebenarnya harus dimulai dari sekolah dan dibimbing oleh guru.Hasil observasi yang dilakukan saat melaksanakan pembelajaran di kelas XI SMAN 4 Bengkalis semester ganjil tahun ajaran 2019/2020, siswa bersikap pasif saat proses belajar mengajar Fisika berlangsung, siswa lebih banyak duduk dia ditempat, dan mendengarkan guru yang aktif menjelaskan materi pelajaran. Saat dilakukan diskusi kelompok, sebagian siswa bekerja sendiri, dan situasi kelas dalam berdiskusi tidak menunjukkan aktivitas yang berarti melainkan sebagia siswa hanya menunggu hasil diskusi kelompok dari siswa yang lebih pintar dan mau belajar. Diskusi kelompok yang dibuat guru, tidak menarik minat siswa sehingga siswa tidak tertarik melakukan kegiatan belajar mengajar.

    Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa orang siswa kelas XI, ternyata siswa merasa kurang diaktifkan oleh guru, tidak diberi tanggung jawab dan tugas dalam belajar, sebagian siswa mengerjakan tugas-tugas Fisika di kelas sebelum masuk pelajaran Fisika. Dengan kurang aktifnya siswa dalam belajar, mengakibatkan hasil belajar yang dicapai siswapun pada akhir pembelajaran rendah yang ditunjukan dari hasil ulangan harian siswa.

    Disisi lain, selama ini dalam proses belajar mengajar guru belum banyak menggunakan alat peraga dan memanfaatkan lingkungan sekolah. Padahal menurut Kurikulum KTSP saat ini, para siswa dituntut untuk memiliki kompetensi yang dapat diterapkan untuk mempelajari alam di sekitar lingkungannya guna mendukung tercapainya perkembangan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif siswa.

    Melihat kondisi rendahnya pemahaman siswa tentang konsep-konsep Fisika dan hasil belajar siswa tersebut, upaya yang dilakukan adalah menjelaskan konsep Titik berat dari berbagai bentuk benda yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk benda dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang ada disekitar kita, kemudian dicari titik berat benda benda tersebut dan membandingkan dengan hasil perhitungan sehingga diharapkan diharapkan siswa dapat meningkat aktivitas belajarnya serta meningkat pemahamannya tentang konsep-konsep Fisika yang abstrak menjadi lebih nyata.

    Berdasarkan uraian permasalahan, perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan eksperimen yang menjelaskan tentang titik berat pada benda salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran Fisika dikelas XI IPA SMA Negeri 4 Bengkalis tahun pelajaran 2019/2020 dengan judul” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Fisika dengan Menerapkan Metode Eksperimen pada Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Bengkalis Tahun Pelajaran 2019/2020

     B. Rumusan Masalah

    Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Bengkalis tahun pelajaran 2019/2020 ?

     C.TujuanPenelitian

    Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan hasil belajar Fisika dengan metode Eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Bengkalis tahun pelajaran 2014/2015

     D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi siswa, metode eksperimenmerupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Bengkalis 2. Bagi guru, metode eksperimen dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran Fisika di SMA Negeri 4 Bengkalis 3. Bagi Sekolah, merupakan bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Fisika pada khusus dan mata pelajaran lainnya pada umumnya. 4. Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian selanjutnya

     KAJIAN PUSTAKA

     A. Pengertian Metode Eksperimen

     Experimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual.Dengan kata lain, desain sebuah eksperimenmerupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.

    eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya, namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimenyang dapat dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.

     B. Pengertian Hasil Belajar

    1. Pengertian Hasil Dalam Bahasa Indonesia Prestasi berarti hasil atau usaha. Menurut Buchori (1997: 85) prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat. Prestasi juga dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktifitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang mempunyai nilai akademik maupun non akademik dibanding teman-temannya biasa kita sebut siswa berprestasi.

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar yang dinyatakan dalam angka atau huruf.

    2. Pengertian Belajar

    Menurut Nana Sudjana (1989:28) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Oemar Hamalik (1999:37) berpendapat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Gulo W (2004:8) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat.

    Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada individu yang belajar.

    3.Pengertian Prestasi Belajar

    Dalam setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya di dalam proses belajar. Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) mengemukakan bahwa “Hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar”. Menurut Winkel (1996: 17) mengemukakan, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya. S. Nasution (1996: 17) mengemukakan, prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

    Dari beberapa uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan guru.

     C.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

     Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain :

    1) Faktor eksternal.

    Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu :a)      Faktor-faktor non sosial Kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergudangannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran), metode pengajaran.

    b)Faktor-faktor Lingkungan Sosial

    (1)Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

    (2)Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

    (3 Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

    2)Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri si pelajar. Digolongkan menjadi dua golongan yaitu : a) Faktor-faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1)   Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

    (2)   Keadaan Fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsifungsi panca indera.Bahwa panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca inderanya. Baiknya fungsi panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.

    b) Faktor-faktor Psikologi

    (1)   Kecerdasan siswa / intelegensi siswa Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluag individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

    (2)   Motivasi

    Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992) yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain : (a)    Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. (b)    Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju. (c)    Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalnya orang tua, saudara, guru, teman dan lain sebagainya. (d)   Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan lain-lain.

    D.    Penggunaan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Beberapa desain eksperimenyang sering digunakan pendidik dalam memperbaiki hasil belajar peserta didik, yaitu: (1) Treatments by Levels Designs, (2) Treatment by Groups Designs; dan (3) Matched Subjects Designs. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga qdesain eksperimen:

    1. Treatment by Levels Designs.

    Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya peserta didik yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimenperlu diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.

    Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi peserta didik yang berkemampuan yang seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/pendidik pelaku tindakan baik di kelompok eksperimenatau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, jug perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.

     2.Matched Group Designs

     Desain eksperimenini merupakan desain yang paling banyak digunakan para pendidik dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan dengan desain eksperimenini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada peserta didik yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar grup-grup yang mengikuti eksperimendapat berjalan pada kondisi eksperimenal tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/treatment harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan atau eksperimendilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus di-matched.

    Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimentidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya kesamaan.

    3. Matched Subjects Designs

     Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system: (1) Nominal Pairing; (2)Ordinal Pairing; serta (3) Combined Pairing.

    Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang nominal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai. Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kala mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.

    Dengan melakukan eksperimen, peserta didik menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

    Pembelajaran metode eksperimen merupakan pembelajaran aktif yang mempertunjukan dan memperlihatkan sesuatu yang pada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada kalanya pula suatu proses, proses tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam berfungsinya alat tertentu. Sedangkan metode eksperimen biasanya langsung dipertunjukan dan sebaliknya yang didemonstrasikan biasanya adalah apa yang dicobakan.

    Metode pebelajaran eksperimen merupakan metode pembelajaran aktif yang mana peserta didik dapat terangsang belajar secara terpusat dalam proses stimulus-respons yang bersifat mekanis. Secara langsung peserta didik dan pendidik terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran materi yang dipelajari. (Suradji, 2008: 37) Metode eksperimensendiri didesain agar para peserta didik mengetahui dengan jelas baik dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan eksperimenapa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan sebagainya, disamping itu melalui eksperimenpendidik mudah memusatkan perhatian peserta didik kepada bahan pelajaran.

    Pada metode eksperimendalam pembelajaran aktif ini menuntut pengetahuan dan kecekatan pendidik (yang relative lebih dari apabila menggunakan metode lain). Untuk menanggulangi kekurangan serta kecekatan pendidik dalam pelaksanaan metode eksperimenmaka pendidik harus melaksanakan inservice training dan ungrading dalam penumbuhan potensi. (Suradji, 2008: 39) Oleh sebab itu dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif ini merupakan alternatif yang harus diperhatikan jika kualitas lulusan ingin diperbaiki. Penggunaan cara-cara pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-cara belajar tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

    BAB III METODE PENELITIAN

     A. BentukPenelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi(Kemmis dalam Syamsuddin, 2006:191).

    Ruang lingkup penelitian ini adalah Classrom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat peneliti mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses praktis pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen.

     B. SubjekPenelitian

     Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas XI semester II SMAN 4 Bengkalis Tahun Pelajaran 2019/2020 yang terdiri atas dua kela IPA dengan jumlah siswa 42 orang, dan dua kelas IPS dengan jumlah siswa 42. Jumlah siswa keseluruhan di kelas XI IPA dan IPS sebanyak 84 orang.

    Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 4 Bengkalis yang berjumlah 22 orang. Penentuan subjek dilakukan secara acak.

     C. ProsedurPenelitian

     Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan merode eksperimen terdiri atas empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.

    1. Perencanaan

    a. Menentukan jumlah siklus, yaitu sebanyak dua siklus. b. Menentukan materi pembelajaran c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) d. Membuat media pembelajaran e. Membuat alat penilaian (instrumen)f. Membuat lembar observasi

    2. Pelaksanaan

    Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media Peta Pikiran dengan langkah-langkah sebagai berikut: Sesuai dengan RPP yang kita buat 1). Kegiatan Pendahuluan a. Guru memberikan motivasi b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran c. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya

     2). Kegiatan Inti (metode eksperimen dimuculkan di kegiatan inti) a. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang peta pikiran b. Siswa mengamati peta pikiran yang dipajang c. Siswa menarasikan peta pikiran dengan menghubungkan kata-kata kunci d. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. e. Siswa menyusun peta pikiran menjadi naskah drama singkat f. Beberapa kelompok diminta memerankan drama yang telah disusun didepan kelas g. Kelompok yang lain menyaksikan dan memberikan penilain h. Guru meminta siswa mengajukan saran dan kesan tentang kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

    3). Kegiatan Penutup

    a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran b. Guru memberikan penilaian c. Guru memberikan PR kepada siswa.

    3. Pengamatan

    Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh seorang observer. (tampilkan nama guru observer)

    4. Refleksi

    Data yang diperoleh dari kegiatan pengamatan dan hasil belajar siswa, kemudian dianalisis. Hasil kegiatan tersebut dapat menjadi pedoman untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Penilaian (Tes) 3. Lembar Observasi

    E. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Tagihan : Individu 2. Teknik Tes : Tes tertulis 3. Bentuk Tes : Uraian

    F. Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dikelompokkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif (analisis ketuntasan belajar). Analisis ini bertujuan untuk memperlihatkan tingkat penguasaan dan ketuntasan/keberhasilan belajar siswa. Seorang siswa dikatakan tuntas secara individu, apabila siswa tersebut memperoleh KKM minimal 65, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar (85%). Persentase ketuntasan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    1. Ketuntasan Belajar Siswa Individu (KBSI), menggunakan rumus: KBSI = Skor Yang Diperoleh Siswax 100% Skor Maksimal 2. Ketuntasan Belajar Siswa Klasikal (KBSK), menggunakan rumus: KBSK = Jumlah Siswa Yang Tuntasx 100% Jumlah Siswa Keseluruhan

    3. Daya Serap Siswa (DSS), menggunakan rumus: DSS = ∑ Skor Perolehan x 100%

    ∑ Skor Maksimal (Depdikbud, )

    Yulistar

    Yulistar

    Artikel Sebelumnya

    Sekda Bengkalis, APBD Ta.2022 Dalam Proses...

    Artikel Berikutnya

    Babinsa Koramil 05/Rupat Gelar Operasi Yustisi...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    BINUS Learning Community Palembang Mengadakan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan Tema "Cara Mudah Menentukan Harga Jual Produk yang Tepat!"
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Kapolri Tekankan Peran Penting Pemuda Muhammadiyah Dalam Wujudkan Indonesia Emas 

    Ikuti Kami